
Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di bursa itu, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), ditutup naik hampir 4% pada perdagangan Jumat (19/5/2023) dan berhasil mencetak rekor baru. tinggi.
Hingga akhir perdagangan hari ini, saham BBRI terpantau melonjak 3,85% ke posisi harga Rp 5.400/unit. Saham BBRI berhasil mencapai all-time high (ATH) baru hari ini. Level ATH sebelumnya dicetak BBRI pada 5 Mei lalu yakni Rp 5.225/unit.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Selama perdagangan akhir pekan ini, saham BBRI diperdagangkan sebanyak 22.499 kali dengan total 166,54 juta lembar dan nilai transaksi mencapai Rp 892,07 miliar. Kapitalisasi pasar kini mencapai Rp 818,42 triliun.
Cerahnya saham BBRI terjadi karena investor cenderung kembali berburu saham perbankan setelah sempat terkoreksi beberapa hari sebelumnya.
Selain itu, membaiknya sentimen pasar global juga turut mendukung saham perbankan, khususnya bank-bank raksasa dan pada akhirnya membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat.
Dari kinerja keuangannya pada kuartal I 2023, BBRI menjadi saham dengan pertumbuhan pendapatan dan laba terbesar. Laba bersih BBRI pada triwulan I 2023 mencapai Rp15,56 triliun, naik 27,37% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Saat ini, BBRI giat mengejar profitabilitas pasca pandemi dengan target return on equity (ROE) lebih dari 19% pada 2025.
Dengan target ROE tersebut, diperkirakan BBRI bisa mendapatkan kembali keunggulan yang dimiliki para pesaingnya.
Suku bunga pinjaman harus tetap menjadi pendorong utama profitabilitas, dengan pembukuan diharapkan tumbuh dua digit tahun ini dan seterusnya karena BBRI meningkatkan eksposurnya ke segmen bisnis mikro.
Margin tinggi dan pelebaran 7,7% – 7,9% juga memberikan dukungan. Dengan campuran aset yang lebih berisiko dibandingkan pesaing, biaya kredit juga kemungkinan akan lebih tinggi, sekitar 2,2% pada tahun 2023.
Sebaliknya, Microfinance tetap menjadi segmen pinjaman terbesar BRI yang ditargetkan mencapai 55% dari portofolionya pada tahun 2025, meningkat dari 58% pada tahun 2022.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
Penafian: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa pandangan dari CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk membujuk pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi yang relevan. Keputusan sepenuhnya ada pada pembaca, jadi kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Visioner! Ekonomi Buruk atau Moncer, BRI punya strategi
(chd/chd)