
Tahun lalu The Fed menaikkan suku bunga sebesar 450 basis poin, paling agresif dalam empat dekade. Suku bunga Fed saat ini berada di 4,5% – 4,75%, jauh di atas level netral 2,5%. Artinya ekonomi AS seharusnya ambruk, tapi nyatanya masih kuat terutama dari sisi pasar tenaga kerja. Ekonom peraih Nobel Paul Krugman juga bingung dengan keadaan ekonomi AS. Sebaliknya, suku bunga yang tinggi telah mengambil korban mereka. Silicon Valley Bank (SVB) runtuh minggu lalu.
Jakarta, CNBC Indonesia – Perekonomian Amerika Serikat (AS) masih sangat kuat, tercermin dari pasar tenaga kerjanya. Meski bank sentral AS (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga, namun sejauh ini jauh melampaui pro-growth.
Menurut konsensus median pejabat Fed Desember 2022, suku bunga dianggap netral, artinya tidak mendorong pertumbuhan dan tidak memicu kontraksi ekonomi sebesar 2,5%.
Sementara itu, suku bunga Fed saat ini berada di kisaran 4,5% – 4,75%, jauh dari kata netral.
Sejak Maret tahun lalu The Fed telah menaikkan suku bunga delapan kali, dengan total 450 basis poin. Suku bunga menyentuh netral pada Juli 2022, sembilan bulan lalu.
Perekonomian AS seharusnya mengalami perlambatan, sebenarnya tidak sama sekali, setidaknya dari perspektif pasar tenaga kerja.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan bahwa sepanjang Februari, perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap 311.000 pekerja non-pertanian (non-farm payrolls), jauh lebih tinggi dari perkiraan sebanyak 224.000 orang.
Tingkat pengangguran di bulan Februari dilaporkan sebesar 3,6%, masih mendekati level terendah sejak Mei 1969 sebesar 3,4% yang tercatat di bulan Januari.
Kemudian, upah per jam rata-rata masih naik 4,6% year-on-year (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya 4,4%.
Kemudian inflasi masih sulit turun. Inflasi berdasarkan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) kembali meningkat menjadi 5,4% (yoy) pada Januari dari 5,3% sebelumnya.
Inflasi PCE inti juga naik menjadi 4,7% dari 4,6% di bulan Desember.
Ekonom pemenang Hadiah Nobel Paul Krugman bahkan bingung dengan ekonomi Paman Sam saat ini.
“Kami tidak memiliki gambaran yang jelas seperti apa inflasi saat ini,” kata Krugman seperti dilansir Business Insider, Senin (6/3/2023).
Krugman menyebut ekonomi AS saat ini “suram” dan “benar-benar membingungkan”.
Non-manufaktur atau jasa adalah sektor yang tetap tangguh di Amerika Serikat. Sedangkan sektor manufaktur mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut.
Institute for Supply Management (ISM) awal bulan ini melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) layanan sebesar 55,1. Meski turun tipis dari 55,2 bulan sebelumnya, namun masih di atas 50 yang merupakan batas antara ekspansi dan kontraksi.
Ekspansi berarti sektor ini masih berkembang. Masalahnya, sektor ini menyumbang sekitar dua pertiga perekonomian Amerika Serikat. Jadi meski masih luas, ekonomi negara Paman Sam masih jauh dari resesi meski suku bunga sudah sangat tinggi.
Namun, suku bunga yang tinggi telah mengambil korban mereka. Silicon Valley Bank (SBV) runtuh minggu lalu.
Banyak startup yang menjadi pelanggan utama SVN menarik simpanan mereka. Karena situasi saat ini mempersulit IPO, maka penarikan dana yang ditempatkan di bank merupakan salah satu cara untuk menstabilkan situasi keuangan.
Akibatnya, SVB kekurangan modal. Bahkan, SVB menjual obligasinya dengan kerugian US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 27,8 triliun (kurs Rp 15.445/US%).
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan harga obligasi AS (Treasury) saat ini turun, tercermin dari kenaikan imbal hasil (yields). Penjualan SVB juga mengakibatkan kerugian besar.
Rabu pekan lalu, SVB mengumumkan rencana penambahan modal sekitar Rp 2,25 miliar
US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 19,3 triliun diperkirakan akan diperoleh melalui penjualan saham sementara sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,7 triliun melalui saham preferen konversi.
SVB juga telah mengumumkan kesepakatan dengan perusahaan investasi General Atlantic senilai US$ 500 juta melalui penjualan saham.
Namun, rencana itu gagal. Investor khawatir beban SVB akan bertambah dan mengalami kesulitan pembayaran mengingat tingginya suku bunga saat ini.
Pelanggan dan investor kemudian menarik uang secara massal atau tergesa-gesa. Per Kamis (9/3/2023), penarikan melebihi US$ 42 miliar atau Rp 648,69 triliun, dan saldo SVB menjadi negatif US$ 958 juta pada penutupan hari itu.
SVB akhirnya ditutup oleh Departemen Perlindungan Keuangan dan Inovasi California, dan diserahkan kepada US Deposit Insurance Corporation (FDIC).
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Dunia kembali bergolak, bukti bahwa Amerika pasti mengalami resesi!
(pap/pap)