
Jakarta –
Jepang menghadapi masalah serius dalam mempertahankan populasinya. Tingkat kelahiran terus menurun dan fenomena terjadi depresi seks, dimana jumlah orang yang ingin menikah semakin sedikit. Berbagai solusi telah dicoba karena dampaknya ada dimana-mana.
Populasi pekerja Jepang telah turun dari 86 juta pada tahun 1991 menjadi 74,3 juta saat ini. Jutaan rumah kosong, diperkirakan mencapai sepertiga dari total Jepang pada tahun 2023. Penjualan mobil baru tahunan turun dari 7,5 juta menjadi 4,2 juta, sementara penjualan department store turun setengahnya.
Nah, salah satu solusi pasti yang diajukan adalah menarik lebih banyak imigran untuk tenaga kerja. “Jika Jepang menerima 1 juta imigran tahun ini, itu bisa sepenuhnya menutupi populasinya yang menyusut akibat kematian, yang kini menjadi dua kali lipat jumlah kelahiran,” tulis Hisai Tateishi, CEO Next Capital Partners. detikINET dari Nikkei.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Bandingkan Jepang dengan Jerman yang jumlah penduduknya hampir sama. Usia rata-rata di Jerman adalah 45 tahun, yang tertua di Eropa. Tetapi sementara orang asing hanya 2,2% dari populasi terdaftar Jepang pada 2019, rasio Jerman adalah 13,1%.
Bukan kebetulan bahwa AS sekarang memiliki begitu banyak perusahaan rintisan yang sukses, mengingat populasinya yang terus bertambah, sebagian karena imigrasi. Imigrasi juga merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Kanada dan Australia.
Di Australia, pelajar asing dapat memperoleh visa kerja untuk tinggal selama beberapa tahun setelah lulus dan berpotensi beralih ke visa jangka panjang dan akhirnya naturalisasi. Warga negara asing yang masuk dengan visa liburan kerja dapat beralih ke visa kerja biasa jika mereka mendapatkan pekerjaan tetap. Kanada mengambil pendekatan serupa.
Di Jepang sendiri, bukan tidak mungkin mengubah status mahasiswa asing menjadi memperoleh kewarganegaraan, namun birokrasi dan kendala lainnya masih dianggap sulit.
“Meningkatkan imigrasi adalah suatu keharusan karena banyak perusahaan Jepang, di luar yang paling bergengsi, mengalami kesulitan merekrut orang berusia 20-an dan 30-an. Passage diperlukan untuk memungkinkan orang muda datang dengan visa liburan kerja, yang saat ini berlaku tidak lebih dari setahun, untuk tinggal lebih lama di Jepang,” saran Hisai.
Tonton Video “Sepertiga Rumah Jepang Akan Kosong pada Tahun 2030”
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/rns)