
Jakarta, CNBC Indonesia – Sentimen pasar yang dipengaruhi beberapa isu dari dalam dan luar negeri seperti isu debt ceiling Amerika Serikat (AS), hingga rilis neraca perdagangan Indonesia pada Senin (15/5), turut mewarnai kinerja pasar. pada Jumat (12/5). Lantas apa dampak semua sentimen tersebut terhadap kinerja reksa dana di Indonesia?
International Monetary Fund (IMF) juga menyoroti masalah utang negara Paman Sam yang dianggap menimbulkan masalah baru jika terjadi gagal bayar.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Di sisi lain, ekonomi China juga ditandai dengan perlambatan yang serius. Inflasi di Negeri Panda semakin miring dan berpotensi berubah arah menjadi deflasi. Tak hanya itu, impor China juga mengalami kontraksi tajam pada April lalu, dan meski ekspor meningkat, kecepatan ekspor China jauh lebih lambat.
Tepatnya pada Jumat (12/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,71% ke 6707,76. Sebanyak 292 saham turun, 234 saham naik, sedangkan 205 lainnya tidak berubah. Perdagangan menunjukkan transaksi mencapai Rp 9,36 triliun yang melibatkan 24,51 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,28 juta kali.
Kondisi pasar yang ditandai dengan beberapa sentimen negatif tentunya sangat berkaitan dengan kinerja reksa dana dan indeks saham. Namun, beberapa terbukti mampu menorehkan kinerja positif dalam waktu sepekan.
Lantas, bagaimana kinerja reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, indeks dan saham belakangan ini? Berdasarkan data Edvisor, berikut adalah daftar reksa dana dengan kinerja terbaik dalam sepekan terakhir.
Kinerja reksa dana pendapatan tetap masih yang terbaik
Masih dari data yang dipaparkan Edvisor, dapat disimpulkan bahwa kinerja reksa dana pendapatan tetap masih yang terbaik dengan pertumbuhan sebesar 0,35% dalam sepekan. Sedangkan kinerja reksa dana bersama dengan indeks saham justru terlihat minus -0,28%.
Meski begitu, kinerja indeks reksa dana masih lebih baik dibandingkan kinerja mingguan IHSG yang tercatat -1,17%.
Seperti diketahui, yield surat berharga nasional (SBN) 5, 10, 15, 20, dan 25 tahun juga mengalami penurunan dalam sepekan. Penurunan yield tersebut tentunya menunjukkan kenaikan harga SBN yang menyebabkan harga SBN tenor panjang meningkat yang berdampak positif terhadap kinerja reksa dana pendapatan tetap yang portofolionya didominasi oleh SBN.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Ada uang tunai 101%! Tertarik Membeli Reksa Dana Obligasi?
(aak/aak)