
Jakarta, CNBC Indonesia – 25 tahun lalu, orang nomor 1 negara tetangga saat itu, Perdana Menteri Malaysia ke-4 Mahathir Mohamad (1981-2003) mengecam keras, “Orang bodoh! [Krisis] adalah rekaan orang Yahudi yang tidak senang dengan kemajuan umat Islam.”
Kata-kata umpatan itu dikutip oleh kolumnis Daniel Moss. Mahathir memang berlebihan, bahkan berani mempermainkan sentimen agama. Pasalnya, pada 1997-1998, negaranya, termasuk Indonesia, terpuruk akibat krisis ekonomi yang menurutnya disebabkan oleh miliarder Yahudi bernama George Soros.
Saat itu, Soros adalah pendiri dan ketua perusahaan manajemen investasi global, Quantum Group of Funds, sejak tahun 1970-an. Selama kurang lebih dua dekade hingga akhir abad ke-20, Soros mampu memberikan keuntungan 30% kepada investor atas aset yang dikelolanya. Jadi, tidak mengherankan jika Quantum Fund Group menjadi perusahaan manajemen investasi terbaik di dunia saat itu.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Awal mula tudingan “bodoh” Mahathir itu merujuk pada rentetan krisis yang bersumber dari kebijakan korporasi Soros. Sekitar awal 1997-an, Quantum Fund Group berspekulasi dengan meminjam Baht Thailand dalam jumlah besar. Modalnya juga kecil, hanya US$1 miliar.
Namun, dalam laporan Rupert Hargreaves di Business Insider, spekulasi ini tidak pada saat yang tepat, dan terbukti hanya mencari uang.
Ketika spekulasi itu dilontarkan pada 1997, terjadi penguatan dolar AS di Thailand yang menggerus transaksi dengan Thai Baht. Akibatnya, Bank Nasional Thailand merespons dengan menaikkan suku bunga, membeli Baht dengan dolar di pasar valuta asing, dan membatasi akses asing ke Baht selama beberapa bulan.
Sayangnya, kebijakan ini justru membuat Thailand ‘tertunduk’ pada dolar AS. Bank Sentral gagal mengendalikan skema nilai tukar dan mengubahnya menjadi free floating. Akibatnya, mata uang Baht anjlok 60%. Ini adalah awal dari krisis keuangan Asia, yang menyebar ke negara-negara tetangga, termasuk Malaysia dan Indonesia.
Akibatnya, arus investasi mengalir keluar dari Thailand. Pada titik inilah Soros dan perusahaannya meraup untung.
“Ada banyak dugaan dalang di balik krisis karena dia memasang taruhan besar pada Baht dan akhirnya menyarankan agar Soros membantu merekayasa krisis Asia melalui koneksi politiknya,” tulis Business Insider.
Soros sebenarnya bukan yang pertama kali melakukan hal ini. Lima tahun sebelum krisis Asia 1997, dia melakukan hal yang sama ke Inggris. Alhasil, ekonomi Inggris pun ‘berdarah’, dan ia tetap diuntungkan.
Sebelum dan sesudah krisis 1997, ia juga tercatat melakukan aksi serupa yang menyebabkan perekonomian suatu negara menjadi kacau balau. Sehingga banyak yang mengklaim bahwa aksi ini adalah sebuah konspirasi.
Menariknya, Soros bukanlah seorang ekonom handal. CNN menyebutkan, kebijakan ekonomi pria kelahiran 12 Agustus 1930 itu lebih berdasarkan insting karena menurutnya kebijakan ekonomi sulit dijelaskan dengan pendekatan ilmu ekonomi.
Dalam biografi yang ditulis oleh Michael T. Kaufman berjudul Soros: The Life and Times of a Messianic Billionaire (2002), diketahui bahwa cara pandang tersebut disebabkan oleh dua hal.
Pertama, karena dia dibesarkan di bawah Nazi Jerman, sehingga dia memiliki pandangan yang berbeda tentang politik dan ekonomi global. Kedua, karena terpengaruh oleh filosofi yang diajarkan oleh seseorang yang dianggap sebagai gurunya bernama Karl Popper.
Berkat Popper, Soros menganggap teori ilmiah tidak valid. Maka, sepanjang kariernya sebagai investor ia mencoba menganalisis pola ekonomi dunia dan menghafalnya untuk membaca situasi.
Ketika terjadi krisis misalnya, Soros sudah tahu apa yang harus dilakukan karena krisis ini memiliki pola yang sama dengan kasus-kasus sebelumnya. Dari sinilah, Soros mengeluarkan kebijakan berdasarkan intuisi yang ia pahami. Dan tentunya kebijakan tersebut seringkali menjadi bencana bagi banyak negara, termasuk Indonesia yang mengalami kepahitan saat itu.
Merujuk data Forbes, Soros saat ini berada di peringkat 380 orang terkaya di dunia dengan kekayaan US$ 6,7 miliar. Meskipun dia sekarang ‘bermandikan uang’, orang tidak akan melupakan ‘dosanya’ di seluruh dunia. Bahkan, situs berita Haarezt menyebutnya sebagai orang yang paling dibenci di dunia.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Heboh Ada 2 tanda kiamat di Israel, ini faktanya
(ha ha)