
Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Rusia telah membuka lagi tentang kapan akan mengakhiri perangnya di Ukraina. Hal ini disampaikan langsung oleh diplomat tertinggi negara yang juga merupakan bagian dari kabinet Presiden Vladimir Putin, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Dalam konferensi pers, Rabu (18/1/2023), Lavrov menjelaskan bahwa konflik Ukraina hanya bisa berakhir ketika Kyiv berhenti mengancam Moskow dan mendiskriminasi penutur bahasa Rusia. Dia menambahkan bahwa kebuntuan saat ini didasarkan pada masalah keamanan Rusia.
“Tujuan dari operasi militer khusus bukanlah fiksi, tidak diterima begitu saja, tetapi ditentukan oleh kepentingan keamanan yang fundamental dan sah dari Federasi Rusia,” katanya seperti dikutip Russia Today.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Ukraina, seperti wilayah lain yang berbatasan dengan Rusia, tentu saja, tidak dapat menampung infrastruktur militer yang menjadi ancaman langsung bagi negara kami.”
Lavrov kemudian menambahkan bahwa Ukraina tidak boleh mendiskriminasi dan melecehkan warganya yang ingin terus berbicara bahasa Rusia dan melestarikan budaya dan tradisi Rusia.
“Ini sepenuhnya sejalan dengan konstitusi Ukraina, yang menjamin penggunaan gratis bahasa Rusia dan bahasa minor nasional lainnya,” tambahnya.
Pejabat Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa tujuan operasi militer akan tercapai tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Selain menghilangkan ancaman terhadap keamanan Rusia, tujuannya termasuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, serta perlindungan penduduk di Donbass.
Pada hari Minggu, Presiden Putin memberikan penilaian optimis tentang kemajuan medan perang di Ukraina, dengan menyatakan bahwa “semuanya berkembang dalam kerangka rencana Kementerian Pertahanan dan Kepala Staf Gabungan.”
Pernyataannya muncul setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada 14 Januari bahwa mereka telah melakukan serangan rudal terhadap sistem komando dan kontrol militer Ukraina dan fasilitas energi terkait. Mereka mengatakan serangan itu mengenai sasaran dengan tepat.
Pekan lalu, kementerian juga mengonfirmasi bahwa pasukan Moskow telah merebut kota Soledar yang strategis di Donbass. Dalam klaimnya, Rusia menganggap Soledar sebagai bagian dari Republik Rakyat Donetsk, yang menjadi bagian dari Rusia setelah referendum pada September 2022.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Putin semakin terkunci di Ukraina, ini bukti terbaru
(Luc/Luc)