
Jakarta –
Ukuran seks dalam patung Yunani dianggap terlalu kecil untuk apa yang seharusnya. Namun ternyata, ada alasan di balik itu. Dosen sejarah seni di Universitas Middlesex, Peter Webb, menjelaskan.
“Saat meneliti buku saya, The Erotic Arts, saya meminta izin untuk memeriksa koleksi terbatas erotika di British Museum,” tulisnya, seperti dilansir IFL Science.
“Di Departemen Yunani dan Romawi, saya diperlihatkan Museum Rahasia, dan di antara barang-barang yang menarik adalah pilihan lingga marmer. Saya diberi tahu bahwa ini telah dihapus dari patung klasik oleh kurator abad ke-19 agar cocok untuk pameran publik, ” dia berkata.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Webb dengan murah hati menawarkan untuk kembali penis ke patung, tapi ditolak. Ia melihat adanya perbedaan regulasi antar negara yang menjadi alasan penolakan tersebut.
Beberapa patung di beberapa negara ditutupi area sensitifnya agar layak untuk dipajang. Namun, ada juga yang memilih memperluas wilayah.
Seni patung memiliki caranya sendiri dalam menyajikan seni. Dalam setiap kebudayaan, patung yang dihasilkan juga memiliki karakteristik yang berbeda.
“Yunani kuno adalah budaya yang sangat maskulin,” kata fotografer Ingrid Berthon-Moine, yang menciptakan serangkaian gambar pahatan testis kuno, kepada Hyperallergic.
“Mereka menyukai penis yang ‘kecil dan kencang’, bukan organ seks yang besar, untuk menunjukkan pengekangan laki-laki dalam hal seksualitas,” katanya.
Sejarawan seni Ellen Oredsson menambahkan pada topik yang sama bahwa orang dengan penis lebih besar dianggap ‘bodoh, penuh nafsu dan jelek’. Sementara itu, dramawan Yunani kuno Aristophanes menulis karakteristik laki-laki yang ideal sebagai ‘dada yang cemerlang, kulit yang cerah, bahu yang lebar, lidah yang kecil, punggung yang kuat dan penis yang kecil’.
Simak Video “Reog di Ponorogo Tayang Serentak Setiap Tanggal 11”
[Gambas:Video 20detik]
(ditanya/ditanya)