
Jakarta –
Hari ini adalah momen spesial bagi insan musik Indonesia. Karena setiap tanggal 9 Maret sejak tahun 2013 telah ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional.
Hari penting bagi musisi, penggiat dan pecinta musik ini awalnya ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Perpres No 10 Tahun 2013. SBY diharapkan dapat meningkatkan apresiasi terhadap musik nusantara.
Selanjutnya, 9 Maret juga dipilih bukan tanpa alasan. Hari ini, tepat 120 tahun yang lalu, Wage Rudolf Supratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Namun, ternyata ulang tahun WR Supratman bukan 9 Maret. Putusan Pengadilan Negeri Purworejo menyatakan WR Supratman lahir pada 19 Maret 1903.
Keputusan nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR tanggal 29 Maret 2007 disetujui oleh keluarga. Meski begitu, putusan pengadilan terkait hari lahir WR Supratman tidak mengubah tanggal peringatan Hari Musik Nasional.
Diketahui WR Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Namun, sejak lagu itu diciptakan, WR Supratman belum pernah sekalipun mendengar Indonesia Raya bergema di hari kemerdekaan.
WR Supratman (Foto: Ari Saputra)
Pasalnya setelah menciptakan lagu spesial tersebut, ia dikejar polisi Hindia Belanda hingga jatuh sakit di Surabaya. Kemudian setelah menggubah lagu terakhirnya, Matahari Terbit pada Agustus 1938, ia ditangkap di Malang.
WR Supratman kemudian meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.
Setelah itu, musik menjadi salah satu kesenian paling populer di Indonesia. Perkembangan ini juga datang dari berbagai sektor, mulai dari musisi, industri hingga cara menikmati musik itu sendiri.
Bagi banyak orang yang terlibat di dalamnya, juga mereka yang mencintai musik, Hari Musik Nasional lebih dari sekedar peringatan. Banyak fenomena yang terjadi di dunia musik setidaknya setahun lalu, setelah Joko Widodo menghapuskan PPKM dan membuka kembali izin umum.
Acara musik skala kecil hingga konser dengan ratusan ribu orang digelar. Tentu saja angka ekonomi disana sangat besar, seiring dengan perkembangan industri musik. Namun, ada beberapa pihak yang hanya fokus mencari keuntungan dari konser ini yang tidak tertangani dengan baik.
Saya masih ingat keributan yang terjadi di Berdendang Bergoyang dan sulitnya mendapatkan penonton di Pesta Rakyat Dewa 19 30 Tahun lalu bulan lalu.
Apalagi ada juga festival musik yang masih dikejar penontonnya karena refund tiket belum selesai.
Euforia penonton memang jadi kue manis bagi promotor, apalagi paska pandemi. Tapi menampilkan pertunjukan musik seharusnya bukan lelucon
Geliat industri pertunjukan harus dilengkapi dengan standar kualitas dan keamanan bagi penontonnya. Maka pantas jika tema ini diangkat kembali. detikcom telah menyiapkan beberapa pembahasan terkait penyelenggaraan konser musik yang tak berjalan mulus.
Meski begitu, penghargaan tetap perlu diberikan kepada mereka yang menyajikan makanan yang luar biasa. Suara mereka juga harus didengar, bahkan diteladani, demi perhelatan musik berkualitas di Indonesia.
Simak ulasan kali ini khusus di Hari Musik Nasional.
Simak Video “Arti Hari Musik Bagi Isyana Sarasvati dan Rizky Febian”
[Gambas:Video 20detik]
(dar/nu2)