
Jakarta, CNBC Indonesia – Kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat (AS) langsung menjadi sorotan dunia. Sejak saat itu, terjadi banyak perbedaan pendapat antara para analis, ekonom, dan pelaku pasar terkait runtuhnya kedua bank tersebut. Ada yang bilang krisis perbankan akan menyebar, ada yang bilang tidak.
Ekonom Nouriel Roubini yang dikenal sebagai “Dr Doom” alias “Dokter Kiamat” menyatakan, dalam situasi saat ini emas merupakan salah satu aset investasi yang tepat.
Roubini menerima gelar tersebut setelah memprediksi krisis keuangan global tahun 2008 dan benar-benar terjadi.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Kini ia memprediksi inflasi di Amerika Serikat akan tetap berada di kisaran 6%, jauh dari target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%.
“Jika saya benar, tingkat inflasi rata-rata tidak akan menjadi 2%, tetapi 6%. Penurunan saham dan obligasi yang kita lihat tahun lalu akan lebih buruk dalam beberapa tahun ke depan,” kata Roubini dalam wawancara dengan CNN. , Minggu (19/3/2023).
Roubini mengatakan investor sekarang harus keluar dari saham dan obligasi, dan berinvestasi dalam aset yang dilindungi inflasi seperti emas.
Ia melihat kondisi ekonomi saat ini sama dengan tahun 2007/2008, jika dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Ini dapat memicu krisis yang parah.
Bank sentral AS (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga disebut-sebut telah menciptakan banyak ‘zombie company’, perusahaan yang didirikan di era suku bunga rendah, namun hingga saat ini belum mampu menghasilkan keuntungan untuk membayar utangnya. utang.
“Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, bank bayangan, dan negara zombie akan bangkrut karena suku bunga terus meningkat,” kata Roubini Oktober lalu.
Perusahaan zombie telah disebutkan berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan ini berkembang pesat selama era suku bunga rendah, biaya utang murah, tetapi tidak mampu membukukan laba atau membayar utang mereka.
Selain itu, Dr Doom melihat risiko resesi yang terjadi bersamaan dengan stagflasi pada tahun 1970-an dan 2008.
Dalam artikel Majalah Time yang diterbitkan Kamis (13/10/2022), Dr. Doom mengatakan dunia sedang menuju “kebangkrutan massal dan krisis keuangan yang berkepanjangan”.
Runtuhnya SVB dan Signature Bank membuat prediksi Dr. Doom menjadi kenyataan. Suku bunga The Fed yang tinggi menjadi salah satu penyebab jatuhnya SVB. Banyak start-up menarik simpanan mereka di SVB karena situasi saat ini yang membuat IPO menjadi sulit. Penarikan dana yang ditempatkan di bank merupakan salah satu cara untuk menstabilkan keadaan keuangan.
Akibatnya, SVB kekurangan modal. Untuk menambah likuiditas, SVB menjual obligasinya meski harus merugi hingga US$ 1,8 miliar. Sekali lagi, suku bunga Fed yang tinggi menjadi penyebab kerugian.
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan harga obligasi AS (Treasury) saat ini turun, tercermin dari kenaikan imbal hasil (yields). Maklum, investor melihat bahwa penerbitan Treasury baru akan menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi, bahkan menempatkan deposito di bank dengan suku bunga yang lebih menarik.
Akibatnya, harga Treasuries yang tersedia di pasar langsung turun, dan penjualan SVB mengakibatkan kerugian besar.
Masalahnya sekarang tidak hanya di Amerika Serikat, hampir semua negara mengenakan suku bunga yang tinggi. Apa yang terjadi pada SVB dan Signature Bank, tentunya juga bisa terjadi pada negara lain.
Terbukti, saat ini bank Credit Suisse sedang bergolak.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan telah memperingatkan efek domino dari runtuhnya bank-bank AS.
“Ada bank bangkrut di Amerika, Silicon Valley Bank. Semua orang terkejut ketika satu bank bangkrut. Dua hari kemudian, bank berikutnya yang bangkrut, Signature Bank, muncul lagi,” kata Jokowi pada pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri, Jakarta, Rabu (15/3/2023), Presiden juga meminta semua pihak waspada mengingat besarnya dampak krisis perbankan.
“Semua negara sekarang menunggu efek domino ke mana, oleh karena itu kita berhati-hati,” tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Harga Emas ‘Tanpa Disengaja’ Naik, Kapan Lebih Cepat?
(demi)