liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
March 23, 2023
Avanza Dulu 'Raja' Jalanan, Sekarang Menuju Kematian?

Jakarta, CNBC Indonesia – Di dunia otomotif ada anekdot terkenal. Sesuatu seperti ini berbunyi:

“Kalau ada balapan, Avanza selalu menang. Karena setiap potong mobil di depan, ada Avanza lagi. Lalu kalau potong belakang, ada Avanza lagi.”

Anekdot ini menunjukkan bahwa Avanza adalah penguasa jalanan. Penjualan melonjak untuk mendapatkan gelar mobil jutawan, dan populasinya sangat besar di jalanan.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Lalu bagaimana Avanza menjadi ‘raja’ jalanan?

Cerita dimulai ketika memasuki abad ke-21. Saat itu, PT Astra International Tbk (ASII) dikenal sebagai ‘raja’ industri otomotif Indonesia. Penjualan Toyota, Daihatsu, BMW, Peugeot, Isuzu, Nissan dan Lexus dipegang oleh Astra.

Ricardi Adnan dalam The Shifting Patronage (2010) menyebutkan bahwa pada masa Orde Baru lebih dari 50% pasar mobil di Indonesia dipegang oleh Astra.

Salah satu produknya yang terkenal adalah Toyota Kijang. Sejak diluncurkan pada tahun 1977, Kijang menjadi mobil paling populer di Indonesia. Buku Astra, Menjadi Kebanggaan Bangsa (2017) menyebut kepopuleran Kijang karena mobil ini cocok untuk masyarakat Indonesia.

Astra berhasil membuat mobil sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia yang suka bepergian bersama kerabat. Jadi, dengan Kijang, seluruh keluarga bisa terangkut dalam satu mobil saja. Berbeda dengan mobil sedan yang terlihat mewah namun tidak bisa memuat banyak orang.

Tak hanya di Indonesia, kesuksesan Kijang juga terjadi di negara tetangga, seperti Thailand, Myanmar, Brunei Darussalam, Papua Nugini, dan negara-negara di Pasifik. Krisis malang tahun 1998 dan sesudahnya menyebabkan Kijang bertekuk lutut. Penjualan terus menurun.

Foto: Toyota Avanza 1.3 E STD M/T dijual Rp. 188.600.000 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Toyota Avanza 1.3 E STD M/T dijual Rp. 188.600.000 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Ini karena harganya yang terlalu mahal. Daya beli masyarakat yang rendah tidak mampu membeli Toyota Kijang. Dari sinilah Astra mulai mencari solusi untuk menciptakan mobil jenis baru.

Dalam kesaksian mantan CEO Astra, Johny Darmawan, dalam otobiografinya berjudul Johny Darmawan: A Story of Business Ethics (2018), untuk menghasilkan produk baru ini, para insinyur dan manajemen Astra terjun ke lapangan, melihat dan memahami kebutuhan. orang mengikuti karakter Indonesia.

Di sinilah masyarakat Indonesia dikenal sangat menyukai mobil seperti Kijang, namun dengan harga yang lebih murah dan bahan bakar yang irit. Kemudian lahirlah multi purpose vehicle (MPV) berkapasitas 5-8 penumpang dengan harga lebih murah.

Agar lebih kuat secara finansial dan manajerial, Astra meminta Toyota dan Daihatsu membuat produk bersama. Singkat cerita, Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia lahir pada 11 September 2003.

Saat pertama kali diluncurkan, tersedia dalam dua model, model E dan G. Keduanya bertransmisi manual dengan mesin 1.300 cc yang sangat hemat bahan bakar. Perbedaan keduanya hanya terletak pada karakteristiknya. Model G lebih futuristik, dan juga lebih mahal.

Avanza dan Xenia adalah jawaban bagi masyarakat yang ingin membeli mobil dengan harga yang tidak seperti Kijang. Masyarakat yang tidak memiliki uang untuk membeli Kijang, kemudian membeli salah satu dari dua produk Astra tersebut.

“Tahun 2004, Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia menjadi kendaraan paling laris di segmen mobil MPV di Indonesia. Bahkan, sejak Oktober 2004 keduanya diekspor ke Thailand.”

Sejak diluncurkan, khususnya Avanza mengalami peningkatan persentase terbesar. Tercatat dalam waktu kurang dari 10 tahun, mobil ini berhasil terjual hingga 337% dan terjual sebanyak 1 juta unit.

Tak heran jika Avanza menjadi mesin penghasil uang bagi Astra. Berkat keberadaan Avanza, berbagai merek lain seperti Nissan dan Suzuki juga memproduksi mobil-mobil menantang di segmen MPV seperti Nissan Livina dan Suzuki Ertiga. Namun, Avanza tetap menjadi ‘raja’ jalanan.

Hingga akhirnya tahta Avanza tergeser juga. Posisi teratas kini ditempati pesaing dari kelas berbeda, Honda Brio. Tercatat sepanjang 2022, LCGC kecil ini berhasil terjual sebanyak 61.025 unit, 401 unit lebih banyak dari Avanza yang terjual 60.624 unit. Kemudian pada Januari dan Februari 2023 penjualan Brio masing-masing mencapai 7.327 unit dan 5.613 unit.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

The ‘Killer’ Avanza Benar-Benar Ada, Mobil Ini ‘Nendang’ Avanza

(wah/wur)